Friday, July 11, 2014

Fans


"Salam dua jari jangan lupa pilih jokowi...jeka!"
Siapa bilang fans cantik cuma punya Piala Dunia.
Di Bundaran HI, saya sempat bertemu salah duanya.

Salam dari saya, fans gelapmu.

TIVI WAN



Wartawan bejubel.
Di TPS halaman Hotel Darmawangsa ada JK, nyoblos.
Dan rombongan paling depan hampir pasti adalah juru foto.

Bagi sebagian, sempurnalah foto jika mata menatap lensa.
Begitulah para juru foto ribut saling mengarahkan mata JK.

"Kiri Pak JK!"
"Kanan belum, Pak!"
"Lihat bawah Pak JK. Lihat bawah!"

Tak habis akal orang sebelah berteriak, "Kiri, Pak. Tempo!"

Yang satu tak mau kalah.
"Kanan Pak TIVI WAN!"

Hio!



"Hio, Hio, Hio, Hio!"

Di dalam Graha Bhakti Budaya TIM, sorak penonton makin menjadi. Padahal Sawung Jabo dan Sirkus Barocknya tengah berkemas, tanda akhir acara.

Teriakan makin riuh, ia nurut juga. Diambil gitar dipetiknya intro, dendang hio.

Tetiba grombolan ibu-ibu sudah siap berjoget sisi bawah kiri panggung. Penonoton yang tadi duduk, melesak ke depan, riuh. Semuanya bergoyang ikut petikan intro. kemudian,

"HIO!"



Taman Ismail Marzuki, Jakarta 2014



lihat juga flickr

no parking






Susilo sedang bingung. Sementara lahan makin sempit, orang-orang berduit masih saja pelit.
Parkir sebentar depan pintu saja dilarang. Nurani makin pailit.

"Saya mau parkir di mana lagi, Mas?" adu Susilo, sambil mengelus sampan kesayangannya.




Jakarta 2014


lihat juga flickr

Thursday, July 10, 2014

Messy


Januari lalu pesepak-bola Messi bertandang ke Jakarta.
Rencananya ia bakal beri coaching clinic permainan tiki-taka ala Barcelona.
Pesertanya para atlet tarkam.

Sampai di ibukota, ia bingung.
ini musim hujan, semua lapangan tergenang.
coaching clinic terancam gagal.
Atlet tarkam yang sedari pagi menunggu tampak kecewa.

Messi tak kehabisan akal.
Selain sepak bola, rupanya atlet berbakat ini tangkas beradu Polo Air.


Jakarta 2014

Sunday, February 16, 2014

Sahabat Barangkali

Teruntuk Ros,

Semalam akhirnya aku boleh bermimpi. Sudah sekian bulan tidak ada yang lewat di kepala. ini membuatku jenuh. Tapi semalam aku bermimpi. Kita bertemu walau tidak lama. Gambarannya lucu, kamu masih kamu tapi lebih cantik dari waktu itu. Kita berjumpa dan bersitatap pada sebuah truk tentara yang membawa kita entah kemana. Di sekitar tengah ada perang.

Kamu tampak tidak seceria dulu, wajahmu keras tapi tampak lebih dewasa, rambutmu ikal manis jatuh di bahu. Kakimu kau ongkang di atas kursi, mulutmu sibuk melepas asap rokok yang terbawa angin.
Aku tak tahu kalau kamu merokok.
Dan perang, pecah di kiri kanan. Mungkin perang adalah hidup. dan kita sudah terlalu lama hidup.

tapi mimpi semalam yang membuatku menulis ini. Kita tak lagi pernah bertemu sejak 4 tahun itu, hanya rutin mengucap selamat-selamat pada hari besar atau ulang tahun yang sering kali lupa.

Aku ingat dulu kita sering berbicara panjang lebar tentang hidup yang lucu, atau tentang cintamu pada pria ini dan itu. Aku seperti biasa aku, mendengarkan dengan khidmat sesekali menggoda untuk membuatmu jengkel (ini tidak khidmat). Jujur, aku suka mendengarkan kisah hidupmu yang seru. Tentang cita-citamu pergi mencari guru di negri seberang. Tapi toh malah kita yang seperti berseberang.

Apa yang membuat kita berseberang sama sekali? Ini hanya dugaan, mungkin pertanyaan itu. Pertanyaan bercanda yang berubah menjadi tidak. atau setidaknya kau yang menganggapnya tidak, sedang aku cuma angin lalu, sudah lewat.

Setelah percakapan kita pada pesan singkat kamu lalu bertanya,
"Siapa yang kamu cintai waktu itu?". waktu itu artinya (sangat) jauh sebelum ini.
Ini pertanyaan kedua yang kamu lontarkan (sebelumnya beberapa tahun lalu), yang pertama aku menipumu, maaf.
Malam itu aku pikir ini sudah lama maka aku menjawab. "Kamu, waktu itu aku mencintai kamu".
waktu itu belum tentu sekarang.

Tapi, sejak itu kita menjadi orang asing. Aku menjadi orang yang rindu. Tetapi rindu yang kelewatan selalu membuat lupa (bukan berarti tak ada). Dan kita menjadi orang yang lupa untuk bertukar 'halo' juga 'haha'

***

Mungkin rindu itulah yang membawaku pada mimpi tadi malam. Tentang aku yang terkejut bertemu denganmu di truk itu - dan aku masih tertawa membayangkannya.

Atau pada pesan singkat pada tahun baru kemarin.
"Selamat Tahun Baru." katamu.
"Aku sekarang di tempat ini. Mengapa tidak sesekali kita bertemu, aku tunggu." pesanmu.
dan aku terdiam. tidak tanganku, aku membalasnya dengan "ya, nanti kita atur waktu."
benakku yang terdiam.

Apakah nanti kita akan bertemu menjadi seorang yang berbeda sama sekali. menjadi individu-individu yang tidak saling kenal. tak ada yang tahu.
tapi aku rindu pada sahabatku yang satu itu. rindu  pada cekikinya yang ceria pada pada pandang matanya yang melegakan.  sampai pada waktunya, semoga kita boleh bertemu.

Catatan:
Tenang Ros aku tidak mencintaimu seperti dulu (atau aku yang harusnya tenang), maksudnya sebagai sahabat tentu aku menyayangimu. dulu itu cuma cinta bau kencur. Yang aku tahu kamu sedang punya kekasih (atau lebih tepatnya, selalu), kamu adalah orang yang gampang dicintai tapi memang sulit dilupakan (sial). dan aku juga sedang jatuh cinta pada orang lain.
aku hanya ingin datang kepadamu sebagai seorang sahabat, kawan lama yang merindukan seorang yang sempat aku kenal dekat. itu saja. semoga.

satu lagi, semoga aku masih bisa menggoda tahi lalat dan tinggi badanmu.

salam dari kawan lama





"Tidur adalah sikap ikhlas. Ketika hari, entah duka entah suka, selesai."

Terawang

My photo
Lahir di era 90an di mana Sarah (Si Doel) masih seksi dan tazos masih trendi. Berprofesi sebagai tukang foto keliling. Menggeluti fotografi sejak SMA dengan kamera Nokia. Ritual lain adalah berpuisi.

Followers